Beberapa waktu lalu, kota Tilatang Kamang Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dikejutkan dengan penemuan ‘Al-Quran Beryesus’. Forum Aksi Bersama Anti Pemurtadan Sumatera Barat bekerja sama dengan tiga perguruan tinggi Islam yaitu STAIPIQ Padang, STAIN M. Djamil Djambek, Bukit Tinggi dan STAIN Muhammad Yunus, Batu Sangkar, melakukan penelitian dan menemukan sejumlah kejanggalan dalam ‘Al-Quran Beryesus’ itu.
Di sampul bagian dalam ‘Al-Quran’ terdapat tulisan Yesus dan panduan misa, berupa bait-bait lagu gereja. Sedangkan isinya, setelah diteliti, terdapat 36 kesalahan dalam kitab suci tersebut. Al-Quran tersebut tidak ditulis sesuai dengan standarisasi penulisan yang benar. Kesalahan-kesalahan tersebut, berpotensi menyesatkan dan menimbulkan keraguan di kalangan umat Islam.
Kasus semacam ini, sebenarnya sudah yang kedua kalinya. Menurut Ketua Forum Aksi Bersama Anti Pemurtadan di Jakarta Abu Dedaat, kasus pertama pernah terjadi di Padang Sidempuan. Oleh sebab itu Abu Dedaat menyatakan kasus ini harus segera dituntaskan supaya tidak terulang lagi. Aparat berwenang seharusnya tidak lagi melihatnya semata-mata sebagai kasus yang bernuansa SARA, tapi ada unsur kesengajaan. "Bukan tidak mungkin ini adalah cara dari kelompok misionari dalam menyebarluaskan gerakan pemurtadan di Ranah Minang yang kabarnya sedang gencar dilakukan," kata Abu Dedaat.
Abu Dedaat punya alasan kuat dengan dugaannya itu. Wilayah Sumatera Barat, menurut Abu Dedaat, menjadi salah satu target misi pemurtadan di Indonesia. Wilayah Sumatera Barat, bersama wilayah Jawa Barat dan Aceh, dianggap menjadi wilayah yang paling sulit ditembus oleh misi Kristenisasi, karena mayoritas penduduknya menganut Islam yang taat. Di kalangan misionaris, kata Abu Dedaat, ketiga wilayah tersebut menjadi tantangan tersendiri. Kalau salah satunya, utamanya wilayah Jawa Barat, bisa ditembus, maka misi Kristenisasi di wilayah lain dianggap akan lebih mudah dilakukan.
Targetnya 160 Juta Rakyat Indonesia Menjadi Pengikut Kristus
Misi Kristenisasi atau gerakan pemurtadan, sebenarnya sudah menjadi rahasia umum di negeri ini. Ini, menurut Abu Dedaat tidak lepas dari misi global Kristenisasi yang menargetkan 50 persen penduduk dunia menjadi pengikut Kristus, seperti yang tercantum dalam buku Sejarah Gereja. “Mereka melihat Indonesia sebagai lahan yang subur, karena mayoritas penduduknya beraga Islam dan merupakan negara Islam terbesar kedua di dunia. Misi Kristenisasi di Indonesia menargetkan 160 juta rakyat Indonesia atau sekitar 80 persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta orang, harus menjadi penganut agama Kristen,� papar Abu Dedaat.
Soal misi pemurtadan ini sendiri diakui oleh Pendeta Dr. Martin Sinaga, dosen Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta. Dalam artikel di majalah Pantau, dia menyatakan bahwa Kristenisasi bukan ilusi dan itu sungguh-sungguh terjadi. "Pada awalnya misi Kristenisasi dibebani oleh pemerintah kolonial yang didukung Belanda, tapi kurang berhasil. Selanjutnya, misi ini dibebani oleh negara-negara terutama Amerika Serikat, yang sulit dipungkiri punya media dan uang untuk melancarkan misionari itu," ujar Pendeta Martin Sinaga dalam wawancara dengan majalah Pantau.
Media Dakwah No.192 yang terbit pada bulan Juni 1990, pernah memuat sebuah dokumen rahasia Program Jangka Panjang Kristenisasi di Indonesia, yang dimuat majalah Crescent Internasional terbitan Toronto, Canada, edisi 16-30, November 1988, termasuk keputusan Dewan Gereja Indonesia di Jakarta, tanggal 31 September 1979 yang isinya, 'Program Kristenisasi diatur hampir di seluruh dunia terutama di negara-negara Muslim. Dunia ini hanya akan damai apabila seluruh dunia berhasil dikristenkan. Inilah yang menjadi tujuan dari kita kaum Kristen. Untuk tujuan tersebut kita kaum Kristen Indonesia harus bersatu. Usaha untuk mengkristenkan orang muslim di Indonesia didukung oleh negara-negara yang kuat seperti Amerika, Inggris, dan lain-lain. Kita kaum Kristen akan dengan amat mudah mendapatkan dana, setiap saat dari Amerika. Program Kristenisasi ini adalah tugas kita yang suci dan kita harus berhasil dlm melaksanakannya. Dan lagi, penting untuk diketahui dan disadari bahwa agar mencapai sukses dlm usaha kristenisasi, yang terpenting bagi kaum Kristen adalah bersatu dahulu. Kita kaum Kristen di Indonesia selalu dicintai, diberkati, dan dilindungi oleh Yesus.’ Target mereka, dalam jangka 50 tahun jumlah umat Kristen di Indonesia sama dengan populasi umat Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka membuat konsep dengan tujuan mengurangi umat Islam di Indonesia, antara lain dengan cara propaganda membatasi kelahiran lewat program KB di kalangan umat Islam, sementara di kalangan Kristen, justru ada kewajiban untuk membantu mereka yang ingin punya anak banyak, dan jika orang bersangkutan miskin harus diberi fasilitas secara materil maupun moril, dan banyak cara lainnya yang mencakup hampir semua aspek kehidupan mulai dari ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.
Catatan lainnya soal gerakan pemurtadan, dan ini mungkin ini bisa dikaitkan dengan ‘Al-Quran Beryesus’ di atas, sejak akhir April 2002 lalu muncul selebaran di kantong-kantong Muslim seperti Jombang, Bangil, dan Madura yang isinya berupa tiruan surat dalam al-Quran. Tulisan itu sebenarnya merupakan turunan atau terjemahan dari Furqânul Haqq alias The True Furqan (Quran Asli) yang dirilis pertama kali pada April 1999 oleh Komite Eksekutif Proyek Omega2001 .
Proyek ini merupakan satu dari sekian mega proyek misi Kristiani dengan tugas khusus antara lain membuat tiruan al-Quran sebagai alat penyebaran agama Nasrani/Kristen Dalam versi komersialnya, buku tersebut ditulis oleh seorang pastor evangelis Amerika, Dr. Anis Shorrosh dengan menggunakan nama Al-Safee dan Al-Mahdi. Menurut Shorrosh, lebih dari 1 miliar Muslim di 69 negara merupakan kekuatan yang harus diwaspadai. Mereka sedang menegakkan syariat Islam di Nigeria, Indonesia, Somalia, Iran, dan Pakistan. Untuk mencegah hal tersebut, salah satu caranya adalah dengan menyebarluaskan The True Furqan ini ke tengah-tengah masyarakat Muslim hingga al-Quran milik Islam dipandang sudah menyimpang oleh umatnya, seperti dikutip Republika (7/5/2002).
Dari sini jelas bahwa maksud dibuatnya tiruan al-Quran itu adalah untuk menghadang penegakkan syariat Islam dan mata rantai yang saling berhubungan untuk mencegah tegaknya Islam.
Ketua Forum Bersama Aksi Pemurtadan Jakarta, Abu Dedaat mengungkapkan, setidaknya ada dua pola yang dilakukan para misionaris di Indonesia saat ini dalam melakukan aktivitas pemurtadan. “Yang pertama, pola pembinaan dengan menciptakan kondisi ‘utang budi’ terhadap orang yang dimurtadkan. Misalnya dengan memberi bantuan sosial dan sejenisnya. Pola kedua adalah penghancuran aqidah agar umat Islam tidak percaya dengan ajaran agamanya sendiri,� jelas Abu Dedaat.
Selain itu kata Abu Dedaat, kaum misionaris ini juga berupaya mempromosikan konsep teologi pluralis yang menganggap semua agama sama. Kalau masyarakat sudah menganggap agama Islam dan Kristen sama, maka mau pindah agama pun tidak jadi masalah. Konsep ini disebarkan melalui kelompok-kelompok kecil.
Cara pendangkalan Aqidah ini juga dilakukan melalui istilah. Ketua Lembaga Dakwah Ulil Albab, Kodiran, yang juga giat melawan gerakan pemurtadan mengungkapkan, istilah-istilah Islam dipakai oleh orang Kristen kemudian didangkalkan pengertiannya. “Misalnya istilah iman, kalau ditanya ke anak-anak sekolah iman artinya percaya, iman percaya itu istilah Kristen. Iman menurut Islam, taat kepada Allah dan taat pada rasul. Istilah Agama juga sama, masyarakat mengatakan agama adalah kepercayaan atau keyakinan. Itu istilah Kristen. Sementara istilah agama Islam, berasal dari Dinul Islam, petunjuk tata cara kehidupan manusia dari Allah,� papar Kodiran pada Eramuslim.
Mengapa Umat Islam Mudah Terpengaruh?
Masalah Kristenisasi, menurut ketua Fakta Abu Dedaat, satu dari 3 persoalan besar yang dihadapi dunia Islam sekarang ini. Persoalan lainnya antara lain, gerakan zionis Israel dan imperialisme barat yang diistilahkan sebagai segitiga imperialisme.
Kondisi ekonomi dan kualitas keIslaman masyarakat kita, tidak bisa dipungkiri sebagai salah satu faktor seseorang mudah terpengaruh untuk pindah ke agama lain. Hal serupa juga diungkapkan oleh Kodiran dari Lembaga Dakwah Ulil Albab. Ia berpendapat, salah satunya adalah keengganan untuk mempelajari Al-Quran. “Banyak umat Islam masih beranggapan Al-Quran hanya sebagai bahan bacaan saja, bukan sebagai pelajaran atau sebagai pedoman hidup. Karena jauh dari Al-Quran, umat Islam banyak yang tidak tahu, perintah apa yang ada di Al-Quran dan tidak tahu apa tujuan hidupnya, apakah sudah sesuai dengan Al-Quran,� kata Kodiran.
Selain itu, tambah Kodiran, umat Islam cepat terpengaruh karena mereka tidak tahu apa itu Kristen. “Saya sudah uji coba, orang yang sebodoh apapun, semiskin apapun, kalau dia dikasih tahu apa itu Kristen, dia tidak mau pindah agama. Karena Kristen beda dengan Islam. Islam itu mengabdi pada Allah, sehingga manusia selamat dunia akhiat. Tapi Kristen itu sebenarnya kepercayaan terhadap Yesus dan Tuhan sebagai juru selamat,� ujar Kodiran yang sering memberikan pengajaran di bidang Kristologi.
Oleh sebab itu ia memberi solusi, agar umat Islam tidak mudah terpengaruh pindah ke agama lain dengan membentengi terlebih mereka terlebih dahulu, dengan memperbaiki metode pengajaran Al-Quran misalnya dan memberi informasi dengan jelas apa bagaimana sebenarnya Kristen itu.
Sementara itu, Ketua Fakta Abu Dedaat cenderung menekankan pada pentingnya umat Islam menyamakan misi dan visinya bahwa Islam adalah agama Rahmatan ‘Alamiin. Agama Dakwah. “Perlu mensinergikan elemen-elemen umat Islam dan lembaga-lembaga Islam yang ada. Dakwah yang selama ini terkesan parsial, harus disinergikan dan bekerjasama untuk membendung pemurtadan,� ujar Abu Dedaat.
Fakta Kegiatan Pemurtadan di Indonesia
Seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa tujuan pemurtadan di Indonesia tidak lain untuk memperbesar populasi penganut kristus. Ketua Fakta Abu Dedaat maupun Ketua Lembaga Dakwah Ulil Albab, Kodiran mengakui bahwa jumlah umat Islam saat ini makin menurun, sementara jumlah umat nasrani menunjukkan kecenderungan meningkat.
Sayangnya, sulit untuk mencari akurasi data ini, karena memang tidak ada lembaga yang khusus mengani masalah ini. Tapi perbandingan angka dari BPS mungkin bisa menjadi acuan. Beradasarkan survey BPS tahun 1990, dari 200 juta jiwa rakyat Indonesia, 87,3 persennya beragama Islam. Sementara umat Kristen Protestan 6 persen, Katolik 3,6 persen, dan selebihnya penganut agama lain.
Dalam rentang waktu 9 tahun, ternyata terjadi penurunan jumlah umat Islam yang cukup signifikan, seperti dimuat dalam tabloid SIAR edisi No.43, November, 1999. Tabloid itu menuliskan, jumlah umat Islam yang pada survey BPS tahun 1990 prosentasenya mencapai 87 persen lebih, turun drastis menjadi 75 persen.
Terlepas dari apa saja penyebab penurunan itu, hasil temuan Litbang Departemen Agama bisa dicermati. Menurut hasil temuan itu, ada 2 hal penyebab penurunan populasi umat Islam, yaitu keberhasilan program KB yang gencar dilakukan pada kaum Muslimin, tapi tidak pada kaum non Muslim. Sehingga pertumbuhan populasi umat Kristen jauh lebih cepat.
Penyebab kedua adalah, keberhasilan program Kristenisasi, yang makin hari makin berani dan canggih serta mengabaikan kode etik penyiaran agama. Fakta di lapangan menunjukkan para misionaris seringkali melakukan penyimpangan dalam menyebarkan injil dan kekristenan di Indonesia. Penyimpangan yang mereka lakukan antara lain, pembangunan gereja di tengah masyarakat yang mayoritas Muslim.Dengan Gereja yang megah dan kebaktian-kebaktian yang mereka lakukan, kaum nasrani pelan-pelan menarik simpati warga sekitar. Kasus pembangunan gereja yang membuahkan kemarahan warga sekitar misalnya kasus pendirian gereja GPIB Shalom di kawasan Depok yang akhirnya dirusak dan dibakar massa pada tanggal 2 Nopember 1999.
Selain menggunakan cara yang halus, pemurtadan yang dilakukan kaum misionaris juga dilakukan dengan cara yang keji. Kita tentu masih ingat kasus-kasus pemurtadan dengan cara pemerkosaan gadis-gadis muslimah. Kasus seperti ini pernah terungkap di kota Padang, Sumatera Barat.
Siswi MAN Padang Khairiyah Anniswah, diculik dan dijebak oleh aktivis Kristen dengan diberi minuman perangsang lalu diperkosa. Setelah tidak berdaya, dia dibaptis dan dikristenkan. Kasus serupa menimpa Linda, siswi SPK Aisyah Padang. Ia diculik dan disekap oleh komplotan aktivis Kristen dan diperlakukan secara tidak manusiawi supaya masuk Kristen dan menyembah Yesus Kristus.
Itu sebagian modus yang dilakukan untuk memurtadkan umat Islam. Harian Republika edisi April,1999 pernah memuat berita modus pemurtadan dengan cara penyebaran narkoba yang dilakukan oleh misionaris dari Yayasan Sekolah Tinggi Theologi (STT) Doulos, di Lembang, Bandung. Para pemuda diwilayah itu diberi minuman keras dan obat terlarang sampai kecanduan, setelah itu mereka disembuhkan di panti rehabilitasi Doulos sambil dicekoki dengan ajaran-ajaran Kristen dan Injil.
Masih banyak lagi, tipu daya yang dilakukan kaum misionaris untuk memurtadkan umat Islam. Cara mereka pun makin berani, misalnya dengan memberikan kesaksian palsu atau melalui selebaran dan buku-buku yang berkedok Islam.
Eramuslim
No comments:
Post a Comment