Friday, July 02, 2004

Amien Rais tampil berkampanye, apa daya tariknya dan daya tarik PAN?

PAN election campaign in Malang

Amien Rais termasuk tokoh yang paling gesit dalam berkampanye. Mencontoh cara kampanye Richard Nixon, Amien Rais memang tampil bersahaja. Tetapi bagaimana bagaimana hubungan Amien Rais dengan kalangan non Islam, misalnya kelompok sekuler dan golongan kiri?

Muncul di mana-mana
Dari sekian banyak calon presiden, Amien Rais disebut-sebut sebagai calon unggulan. Paling tidak dalam setiap jajak pendapat namanya selalu masuk dalam deretan lima besar. Meskipun begitu Tim Suksesnya tetap yakin bahwa Amien Rais akan diterima oleh publik, sekaligus menang pemilihan presiden 2004. Oleh karenanya sejak Maret 2003 mereka galang kampanye dengan tema "Amien Rais For President 2004." Sejak itu wajahnya acap muncul di televisi menyerukan perdamaian antar umat.

Kalau sebelumnya mantan Ketua Umum Muhammadiyah ini mengharamkan yang namanya kuburan, kini Amien Rais mencoba lebih luwes dengan berziarah ke makam Bung Karno. Amien Rais pun menjadi bintang tamu dalam acara Tinju di RCTI. Amien Rais juga rajin mendatangi acara-acara amal, seperti penggalangan dana program penanggulangan bahaya penyalahgunaan narkoba di Bandung 27 Juli yang lalu.

Wajahnya pun kini tampil di penjara-penjara. Para napi mengenakan kaos-kaos bergambar Amien Rais. Pendek kata, berbagai lini kehidupan yang menjadi perhatian publik telah digarap oleh para tim suksesnya. Kiprahnya tidak kalah mentereng bila dibanding tokoh-tokoh politik yang mencoba cari peruntungan lewat Konvensi Penjaringan calon-calon presiden yang diselenggarakan Partai Golkar, seperti Setiawan Djodi, Suryo Paloh, Aburizal Bakrie, Akbar Tandjung, Wiranto, Sri Sultan Hamengkubuwono X, dan sebagainya.

Para anggota Tim Sukses Amien Rais tidak gentar berhadapan dengan Suryo Paloh yang dalam kampanyenya ke mana-mana menggunakan pesawat pribadi. Mereka yakin Amien Rais memiliki jaringan di semua wilayah Republik ini. Bukankah mantan Presiden Amerika Richard Nixon ketika kampanye ke mana-mana menggunakan bis. Kesederhanaan presiden yang tersandung kasus Watergate ini yang nampaknya akan dicontoh.

Amien Rais speaks during presidential dialogue on June 30, 2004

Belum tentu didukung intelektual Muhammadiyah
Bagaimana dengan Muhammadiyah? Ternyata hingga kini, ormas keagamaan terbesar kedua setelah PBNU itu belum menentukan sikap politiknya. Syafi'i Maarif sebagai Ketua Umumnya bahkan lebih dekat ke tokoh-tokoh akademisi dan intelektual yang tidak percaya lagi terhadap tokoh-tokoh yang dilahirkan oleh partai politik. Bahkan belum lama ini Syafi'i Maarif dengan rektor UGM dan sejumlah intelektual seperti Riswanda Imawan berseru untuk mengoreksi arah reformasi yang dianggapnya telah gagal dijalankan oleh para elite politik hasil pemilu 1999.

Mereka juga beranggapan bahwa tidak adanya transparansi dalam perekrutan kader-kader partai politik menjadi sumber masalah yang justru akan menenggalamkan bangsa ini ke arah yang lebih buruk. Untuk itu proses reformasi yang kini berada dalam kondisi ibarat telor di ujung tanduk itu harus diselamatkan. Dengan kata lain, para intelektual termasuk intelektual Muhammadiyah seperti Syafi'i Maarif belum tentu mendukung Amien Rais.

Dijuluki fasis
Sedangkan basis-basis kekuatan di luar basis tradisionilnya hingga kini tampaknya sulit menerima Amien Rais, meskipun Amien Rais dalam kampanyenya berusaha tampil dengan citra tokoh demokratis dan menghargai nilai-nilai keberagaman. Namun golongan-golongan minoritas seperti Kristen Protestan, Hindu, Kejawen dan Muslim Abangan tampaknya belum bisa menerima kehadirannya. Di antara mereka Amin disebut sebagai Amien fasis. Apalagi terakhir kali akan menggandeng tentara sebagai calon wakil presidennya. Amien memang dikenal sebagai orang yang didukung Prabowo Subianto ketika ikut melengserkan Soeharto. Beberapa bulan sebelum Soeharto dijatuhkan, Amien mengatakan kepada pers bahwa Prabowo telah mendukungnya. Tetapi Amien ketika itu mau dia yang menjadi presiden dan Prabowo wakilnya. Nyatanya Prabowo bekerja sama dengan BJ Habibie. Meski pada akhirnya Habibie mengkhianatinya.

Tertipu
Tokoh-tokoh intelektual yang semula mendukung kehadiran PAN, seperti Faisal Basri, Th. Sumartana, Ary Ariman, Goenawan Mohamad dan sebagainya merasa tertipu. Mereka mengira PAN sebagai Partai terbuka. Ternyata dalam proses perjalanannya PAN kurang mengakomodasi kepentingan golongan intelektual, keturunan Tionghoa, Kristen dan sebagainya. Sikap PAN pun terhadap peristiwa 1965 hingga kini tidak jelas. Dari sini jelas bahwa korban beserta keluarga peristiwa 1965 yang jumlahnya diperkirakan sekitar 20 sampai 40 juta sulit dan hingga kini diperkirakan sebagai massa mengambang, sudah pasti akan berat hati menerima kehadiran sang calon presiden Amien Rais.

Ragu-ragu beroposisi
Namun kenapa Amien Rais tetap bersikukuh maju dalam pemilihan presiden 2004? Karena berdasarkan pengakuan salah satu anggota Tim Suksesnya, bila dilihat dari faktor usia maka sekaranglah saatnya Amien maju ke depan. Setelah itu momentumnya akan lewat, karena hanya sedikit orang saja yang masih mengenang dan mengingat jasa-jasanya dalam proses jatuhnya Harto. Amien oleh orang-orang dekatnya dianggap ragu-ragu dalam mengambil garis oposisi terhadap Megawati sehingga sulit muncul ke permukaan yang mampu berhadap-hadapan dengan Megawati, kata Marlin Dinamikanto, dari Komite Pusat Front Demokrasi Nasional.

Source: Radio Netherlands

Ps: Another view of Amien Rais, esp. from minorities in Indonesia.

No comments: